Senin, 20 September 2010

SEMANGAT NASIONALISME UNTUK SELAMATKAN AKU, BANGSAKU DAN NEGERIKU




Ada sesuatu yang tidak dapat ditebus
Oleh apapun di dunia ini;
Ia adalah ”Waktu!”
Waktu sedang mencatat perjalanan sejarah diri kita
Untuk menjadi pengetahuan ke masa lampau.
Suatu saat di masa lampau, seorang pujangga
Melangkah meniti waktu, ke depan,
Merunduk teduh – lantas menghela napas:
“Akankah senyap dalam dekapan waktu?”

“Mari bersama mencari kebenaran jika tak seorangpun dari kita memiliknya.”  Constantin Francois Volney (1810). Rasa ingin tahu tentang sejauh mana Bangsa ini telah Merdeka dan Berkembang adalah salah satu kebenaran yang sampai saat ini masyarakat Indonesia belum tahu kebenaarannya. Rasa ingin tahu adalah sifat asli pikiran manusia. Hasrat untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan telah mulai ada sejak masa kanak-kanak. Dan kita Mahasiswa sebagai kaum intelektual harus bisa mencari kebenaran itu demi Bangsa dan Negeri ini. Karena kitalah ujung tombak rakyat diluar sana untuk memajukan Negeri tercinta ini.
Tahukah kawan sekarang di Negeri ini sedikit sekali orang/kelompok yang bisa kita harapakan untuk menolong Bangsa ini dari “penjajahan” yang tak terlihat di mata kita maka, tolonglah dirimu, maka surga (Tuhan YME) akan menolongmu. Selalu percaya apa kata hatimu jika kau tak ingin menyesal dikemudian hari, satu hal yang pasti saat kau berjalan memperjuangkan sebuah kebenaran bangunlah sebuah persahabatan yang kuat, karena sahabat yang selalu ada disampingmu saat susah maupun senang bukan dibelakangmu yang selalu menyoodorkan engkau sebagai korban yang pertama ialah sahabat yang bisa benar-benar kita percaya untuk berjuang bersama. Karena persahabatan lebih mulia dari manusia itu sendiri.
Sebuah arogansi yang terkadang menjadi sebuah ganjalan/kendala. Dimana untuk mempersatukan sebuah kelompok, tidak ada kelompok yang lebih baik dari kelompok lainnya disaat visi dan misi itu sama, yang menjadi hal terpenting adalah menciptakan atau merealisasikan visi dan misi itu sendiri secara bersama-sama. Bukan meributkan siapa yang harus menjadi terdepan dalam sebuah persatuan dalam perjuangan bersama. Namun bukan menutup kemungkinan sebuah romantisme arogansi itu diperlukan pada tempat dan waktu yang sesuai. Saat kita bisa mengerti atau bisa menempatkan diri dimanapun tempat dan waktu maka kita akan mengerti kewajiban dan hak-hak kita. Dan ketika orang sudah mengerti atau sadar akan hak-hak setiap individu kita akan sering membicarakan martabat, entah martabat kita atau Bangsa kita yang sekarang kawan-kawan tau sendiri di setiap media masa. Jika Bangsa ini di lecehkan jelas sekali mereka melecehkan kita, namun para pemimpin kita hanya terdiam dan meyakinkan kita bahwa itu adalah jalan terbaik. “Ada sebuah lelucon diluar sana ; dimana seluruh rakyat Indonesia nantinya akan masuk surga karena kesabarannya, percaya atau tidak? mari kita buktikan..”. Musa, seorang pemimpin Bangsa Yahudi, membacakan firman Tuhan kepada umatnya: “janganlah engkau menjadi saksi palsu terhadap sesamamu.” Di Cina, tujuh abad kemudian, Confusius mengatakan : “jangan pernah melukai orang lain, jika engkau tidak mau dilukai.”. Di india, Budddha Gautama, yang menyingkirkan senjata serdadunya sekedar untuk mengenakan jubah biarawan, mewasiatkan kepada para pengikutnya sebelum mereka beranjak menuju dunia: “Berjalanlah dari satu tempat ketempat yang lain dalam rangka mencari kesejahteraan bersama, menghilangkan penderitaan di muka bumi, demi kebaikan dan kebahagiaan di sisi Tuhan dan manusia.”. Di Tanah Arab, Nabi Muhammad bersabda: “janganlah bertindak tidak adil terhadap sesama, niscaya engkau tidak akan diperlakukan secara tidak adil.”. Dan di Palestina Kuno, ketika masih merupakan bagian dari kekaisaran Romawi, seorang Nazareth bernama Yesus Kristus dengan bersahaja bersabda: “cintailah tetanggamu.”. Coba tebak siapa yang melukai dulu, siapa yang tidak adil, dan siapa yang tidak mencintai tetangga??? Bangsa ini pun hanya terdiam dengan kesabarannya saat Negeri ini di lecehkan martabatnya oleh Negeri tetangga dari masalah teritori, budaya dan banyak lainnya dan duduk manis saat negara-negara maju masuk dan mengambil alih pereokonomian serta merta mengambil sumber daya alam Negeri ini dengan enaknya, yang semestinya bisa membuat sejahtera rakyat ini, namun para pemimpin yang “katanya” terpilih dengan Demokrasi hanya diam dan mungkin tidur nyenyak di ranjang uang. Dampaknya hutang negara semakin tak terkendali dan parahnya, bayi baru lahirpun sudah dipatok hutang sekian juta jika kita bagikan merata hutang Bangsa dengan jumlah rakyat dan tidak bisa kita pungkiri sudah banyak Warga Negeri ini yang pindah Kewarganegaraan demi kenyamanan dan kemakmuran bukan mereka menggadaikan jiwa mereka namun, Bangsa ini yang perlahan-lahan memaksa mereka untuk melakukan itu. Sadaralah kawan perlahan namun pasti kita telah di jajah, namun siapa penjajah itu??? Tidak lain tidak bukan adalah kita sendiri. Bayangkan jika kita hanya diam seperti sekarang, apa yang akan kita wariskan kepada anak dan cucu kita nanti? Hutang yang berlimpah? Sumber daya alam yang tersisa? Kebudayaan yang hilang dari tanah air ini?? Bayangkan masih banyak lagi Negeri ini yang harus kita pertahankan dan perjuangkan demi anak dan cucu kita nantinya bukan hanya sekedar ideologi yang akan kita wariskan namun kekayaan Negeri ini yang sangat tak terhingga. Dan katakan dalam hati kalian “Inilah Negeri kami, aku lahir disini, aku bernafas di Negeri ini, dan aku akan mati di tanah air tercinta, tidak bisa negara manapun melecehkan Negeri ini!! Tak satupun”.
Inilah dunia kami… dunia nasionalisme dan patriotisme. Loyalitas tanpa batas. Kalian menyebut kami pengganggu.. karena kami menggunakan hati dan nurani kami untuk mencintai Bangsa ini. Padahal Bangsa ini seharusnya adil dan makmur jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus. Kami kalian sebut pengganggu… karena kami gemar menjelajah Negeri nenek moyang kami. Kami kalian sebut pengganggu… karena kami mengejar ilmu pengetahuan. kami ada tanpa warna harta, tanpa bias takhta, tanpa arogansi cinta.. tapi bagi kalian kami pengganggu. Kami adalah perusak… sedangkan kalianlah yang menjual asset Bangsa ke Bangsa lain, diam saat Bangsa asing mengambil sumber daya alam, budaya, kesenian nenek moyang kami. Membuat kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan berusaha membuat kami percaya bahwa itu semua demi kebaikan kami.
Ya, aku adalah perusak, kerusakanku adalah keingintahuanku. Kerusakanku adalah menilai orang berdasarkan perkataan dan pikiran mereka, dan bukan berdasarkan penampilan mereka. Kerusakanku adalah menjadi lebih pintar dan kritis dari kalian, sebuah dosa yang tak akan bisa kalian ampuni.
Aku adalah Mahasiswa, dan inilah Perjuanganku. Kau bisa bisa menghentikan satu, tapi kau tak bisa menghentikan semuanya… bagaimanapun juga, kami semua sama.
“Pada akhirnya semua yang bisa Anda lakukan adalah memperbaiki diri sendiri. Karena apabila bisa memperbaiki diri sendiri, perbaikan tersebut membawa dampak gethok-tular (menulari sekitarnya/efek riak gelombang).”
Kita tidak bisa sesuci, sebaik dan sesetia malaikat tetapi kita juga tidak memiliki cita-cita seburuk dan selaknat setan.

















SELAMAT DATANG PADA DUNIA BARU, SELAMAT BERJUANG UNTUK KEPENTINGAN BERSAMA!!!

1 komentar: